Saling Menghargai

Kita ini orang Indonesia, udah dari sononya kita ini saling harga menghargai dengan sesama. Menjunjung tinggi budaya timur yang entah timur sebelah mana. Dari kecil kita terbiasa dengan menghargai sesama, dan setelah besar kita bertanggung jawab untuk mengajarkan generasi berikutnya untuk berbuat demikian. Bangsa lain mungkin juga berlaku sama, tapi kita ini orang Indonesia sudah menghargai bahkan kepada orang yang baru kita kenal, by default kita selalu tersenyum apabila ada orang baru yang menyapa kita.



Senyum bukan berarti kita lemah, tapi bangsa lain banyak yang segan dengan kita orang Indonesia. Bahkan, setelah melawat beberapa negara, ada lho bangsa yang bukan hanya segan tapi juga agak agak takut dengan kita. Yaelah, kita gitu loh, bikin peniti aja amatiran.

Segan itu bukan dibangun dengan senjata, atau superiority di temperamen atau kegalakan. Malah, sebagian besar orang yang gua segani, biasanya malah enggak galak. Mereka jago mengontrol emosi, tahu benar kapan harus galak, dan kapan harus ramah.. yang pasti sih tegas enggak boleh kendor. Mencla-mencle itu sumber dari segala sumber ketakutan, dan enggak baik kalo ada orang lain yang liat kita ketakutan. Iya kalo orang itu baik, kalo kebetulan ketemu orang yang modus, bisa berabe.

Kali ini gw belajar bahwa segan itu bukan hanya dibangun dengan kontrol emosi. Segan itu sifatnya timbal balik, kalau kita segan sama seseorang dia juga akan segan dengan kita, walaupun seringan gak ngaku. Mangkanya kalo di bahasa inggris tu menyegani seseorang disebut dengan Pay Respect. Iyes, respect itu kalo diterjemahkan bebas adalah menaruh hormat, termasuk dalam menaruh hormat adalah menyegani seseorang. Nah, makin banyak elo pay respect, banyak juga elu dapet tabungan 'respect' dari orang lain. Penting banget kalo seseorang tahu elu pay respect sama dia, karena kalo enggak ya namanya kerja bakti, bertepuk sebelah tangan.

Sebenernya gue mau cerita tentang saling menghargai, saling menyegani, P A Y - R E S P E C T. Musuh terbesar dalam bayar membayar respect ini adalah rutinitas. seiring dengan seringnya kita membayar hormat pada seseorang, sering menurun kemampuan kita untuk membaca apakah harga yang dibayar sudah tepat. Contohnya gini, satpam depan rumah lo deh. waktu awal awal elo berinteraksi dengan satpam kan elo cukup pay respect ya, tapi setelah setahun dua tahun berinteraksi dengan beliau, sering kita beranggapan bahwa mereka ya cuma satpam, I paid my respect enough. Padahal kita gak tau, satpam itu lagi kesulitan rumah tangga kah, lagi baper kah, atau lagi ceria karena anaknya dapet ranking.

YE KAN? Sering kita beranggapan kayak: "Ah, gw udah cukup menghargai orang lain kok", padahal enggak cukup. Ini bahaya, soalnya gak ada sensor yang bisa ngasih tau kita kalo enggak cukup. Orang kalo bau ketek biasanya yang tau orang lain, bukan tu orang sendiri. Sama dengan orang songong. Yang lebih bahaya lagi, seiring dengan perjalanan waktu, makin sedikit orang yang bisa ngertiin kita. Entah karena satu atau lain hal.

Gue cukup tertegun dengan topik ini.

Di sidang perceraian gw dengan maminya anak-anak, majelis hakim pengadilan memutuskan bahwa pasangan abad ini tuh bercerai karena ... tidak saling menghargai. HAH? Gue gitu loh!! Manusia yang paling toleran dan menghargai orang lain!! Mabok nih majelis hakim.. asal asalan mereka bikin putusan.

Setelah gw berbicara dengan beberapa orang, baik keluarga dekat maupun teman teman, yang lama kenal maupun yang baru kenal.. Gw mengambil kesimpulan bahwa, gw memang gak cukup pay respect itu tadi. Gw kira cukup, taunya kurang. Bermacam excuse otomatis melapisi pikiran gw secepat kilat. Iyah, ngeles mah gampang. Gue kurang menghargai perjuangan istri gue untuk hanya sekedar menjalani role dia menjadi istri Bubba. Dia pun begitu, kurang menghargai usaha gue untuk mencukupi dan melindungi keluarga.

Hey, menghargai itu saling kan? kalo bayaran gw kurang, ya bayaran dia juga berkurang, bukan?

Ada baiknya secara rutin, melakukan apa yang gua lakukan tadi, bicara dengan beberapa orang. Cari tahu. Tapi ya, harus jujur sama diri sendiri lho. Beribu excuse akan melapis, tapi harus berani bilang salah kalo emang salah. It is the right thing. Kalo kita melakukan hal itu secara berkala, banyak corrective action yang bisa kita lakukan sebelum nasi menjadi bubur ayam bunut.

Namun, apabila kita udah sarapan bubur gak dapet nasi goreng.. ya.. mau diapain lagi. Langkah terbaik adalah mengenali kesalahan, mengakuinya dan minta maaf pada orang yang kekurangan respect kita tersebut. Sudah. That's it. Jangan mencoba untuk 'menyicil' respect yang kurang tersebut karena percuma saja. Ngasih gift mungkin nolong, tapi kan itu namanya tindak pidana penyuapan. Lebih baik kita mengenali kesalahan kita dan belajar memperbaiki. Kalo kita jatuh kecebur sumur, langkah terbaik adalah sadar dulu kalo kita nyemplung sumur, ya kan? kalo enggak ya kita malah leyeh leyeh didalam sumur. Kalo kita sadar bahwa kita not in a good position, naluri kita akan mengantar ke jalan yang lebih baik. Paling tidak kita akan nyari jalan ke atas sumur, bukan makin kebawah.

Saling menghargai itu penting, kawan. Tapi lebih penting lagi kalau kita CUKUP menghargai orang lain.

Cukup itu kalo cuma asumsi kita, ya harus diukur dan diuji dengan benar, kalo enggak ya namanya ngawur. Hehehe..




ps: iye gw lagi baper mangkanya nulis disini biar ga kzl

Popular posts from this blog

review toyota altis vs honda city

komparasi boeing 737-900ER vs 737-800NG

tentang media