Tya oh Tya

"You're so pervert!"

Yes, incredibly I am a pervert. Gue ga pernah berani menyampaikan apapun yang gue stempelin [RAHASIA]. Sebagai seorang introvert dengan pangkat ISTP dalam myers-briggs indicator gue sangat senang berada dalam area private gue. bukan untuk begajulan, tapi cuman untuk menikmati hidup yang bentar lagi abis ini...
Sama halnya dengan Tya, wanita yang kupuja-puja, secara sensual tentunya. kelak kalau gue masuk surga, gue mau istri gue seperti Tya. kalau gue masuk neraka, gue mau bareng Tya. duh manisnya... No no no... ini bukan Tya yang pramugari, atau Tya admin kantor cabang Jakarta, ataupun Tya tukang tulis laptopnya Tukul. ini Tya yang lain. Tya yang rajin berdiri di melawai raya tiap malem. mencari nafkah didepan kantor cabang BNI melawai.
Lho kok lo demen pecun sih? weleh, dah dari dulu kalee, cuman gak brani aja ngakuinnya. sama pengecutnya dengan bilang sama Tya "aku mau kamu" duh... Padahal sih ya, dengan gaji gue sehari aja mungkin dia sudah mau gue perkosa dengan cara apa aja. tapi bukan itu yang gue cari. puasnya itu loh, bagaikan harimau yang berlindung dibalik semak semak. menunggu waktu yang pas untuk menerkam mangsanya. even si mangsa sendiri ngga merasa menjadi korban terkaman si harimau, ough! magnificently flawless...
Pecun kan banyak Pak? kok harus Tya? nah itulah, gue sudah lama beredar diseputaran blok m, sejak '92 kalau ngga salah. Sekolahku pun bediri tegak di jalan Mahakam. dari mulai daerah ini bersih dari pecun, sampe banyak kedatangan imigran dari luar kota, sampe bersih lagi akibat maraknya panti pijat diseputaran kebayoran. banyak sekali pecun come and go dalam hidup gue. masalahnya dengan pecun adalah, when they got money, heaps of 'em, they changed. tendensi yang mirip dengan yang dimiliki para artis. mulai lah ngobat, mabuk, ganggu laki orang, sampai akhirnya hidup cuma jadi orang yang nyusahin orang lain.
Beda dengan Tya, aku tahu benar kapan dia pertama datang ke blok m. miskin! aku melihat ketika dia mulai laku, lelaki-lelaki itu mulai 'mengangkut'nya dan terus berlangganan. Kini aku yakin kalau dia tidak lagi sesulit dulu. Tya tidak bergeming pada morphine dan amphetamine yang bergelimangan di lingkungannya. Yeah, maybe some. tapi dia hanya mencoba dan tak menyukainya. lha trus duitnya pada kemana? believe it or not, she bought herself a motorcycle. nyicil tentunya. buat apa? biar dia ngga perlu naik taksi lagi dari kos kosannya di cipulir.
Tya menggaji 'driver'nya sendiri untuk mengantar jemputnya 'ngantor'. entah dengan apa bayarnya kalo lagi sepi, atau ketangkep kamtib. she spent every penny she got secara produktip. aku ingat ketika Dara waktu itu berada di level kesuksesan yang sama dengan Tya saat ini. tiap malam aku mengantarnya ke Kambal ambil barang untuk dibawa ke Situ Lembang, dengan balasan berupa "kamu koq baik banget sih mau anterin aku". thats it.
Juga teringat WP langgananku yang bacotnya ngaudubilah, asal ngga ngomong sih Lisa itu classy loh. cocok lah kalo gue bawa ke gold coast atau ke maldives. tapi kalo ngomong, duh... sepertinya dia menyalahkan semua orang atas roda hidupnya saat ini, understandable, tapi mbok ya'o, jangan nambah nambah dosa dengan makian gitu loh.
Tya yang kulihat saat ini masih sama seperti Tya anak baru yang baru datang ke Blok M. masih bersih dan napsuin... ugh.. tell me that I am old school, but I do respect consistency. Something that perhaps I dont have at the moment.
Jadi pertanyaannya, kapan lo berani dateng dan ajak dia kenalan?
NOT IN THIS LIFE !

Comments

Popular posts from this blog

review toyota altis vs honda city

komparasi boeing 737-900ER vs 737-800NG

tentang media